Sabtu, 31 Januari 2009

Aspek terapan Dan Strategi Komunikasi Antar Budaya

Aspek Utama KAB dari komunikasi antar budaya adalah komunikasi antar pribadi diantara komunikator dan komunikan yang kebudayaannya berbeda

Dalam kajian ilmu komunikasi, yang dimaksudkan dengan aspek-aspek komunikasi adalah semua ihwal yang menjadi objek material ilmu komunikasi. Yaitu: Bentuk-bentuk komunikasi; Sifat-sifat;m etode;t eknik; fungsi;t ujuan; model; bidang-bidang; sistem komunikasi.

Prinsip Dan Strategi Pelaksanaan

Dalam menyusun perencanaan komunikasi lintas budaya ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yakni:

  • Prinsip keselarasan

  • Prinsip kesesuaian dengan kebutuhansasaran, terutama menjawab masalah need berdasarkan tahap-tahap kebutuhan dari Maslow (kebutuhan biologis, sosiologis dan psikologis).

  • Prinsip pelaksanaan suatu proses belajar mengajar yang efektivitasnya dipengaruhi oleh sifat atau ciri sasaran masyarakat di desa, tenaga pengajar, fasilitas, materi dan kondisi lingkungan.

  • Prinsip pelaksanaan yang bertujuan mengembangkan sikap, pengetahuan,keterampilan dan sikap serta kemampuan masyarakat di desa sasaran


  • Perencanaan Komunikasi diatas Dapat Dilakukan dengan Strategi sebagai Berikut :

  • Konsolidasi, memantapkan dan mengembangkan ketenagaan dan kelembagaan yang tangguh dan mendukung kerja “proseskomunikasi”.

  • Integrasi,yaitu menggalang keterpaduan kerja dengan lembaga atau pihak lain yang potensial untuk meningkatkan, daya guna dan hasil guna perencanaan proses komunikasi.

  • Implementasi , yaitu menerapkan metode dan teknik perencanaan proses komunikasi termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta materi perencanaan


  • Kunci komunikasi yang efektif antar budaya adalah pengetahuan. Hal utama yaitu penting bahwa orang-orang memahami permasalahan yang potensial dari komunikasi antar budaya, dan membuat suatu usaha yang sungguh-sungguh untuk mengatasi permasalahan ini. Dan yang kedua adalah penting untuk berasumsi bahwa sebuah usaha tidak akan selalu sukses, dan melakukan penyesuaian terhadap usaha tersebut dengan perilaku yang sewajarnya. Sebagai contoh, seseorang perlu selalu berasumsi bahwa ada kemungkinan penting mengenai perbedaan budaya akan menyebabkan permasalahan komunikasi, akan wajar dan layak dimaklumi, dan bukannya menjadi agresif dan bermusuhan, jika permasalahan berkembang. Sering kesalahan menafsir adalah sumber masalah. Maka dalam mengatasi konflik yang sedang memanas adalah untuk berhenti, mendengarkan, dan berpikir. Ini juga membantu dalam komunikasi lintas budaya. Mendengarkan secara aktif kadang dapat digunakan untuk memeriksa out–by berulang yang didengar, seseorang dapat mengkonfirmasikan bahwa seseorang memahami komunikasi tersebut dengan teliti. Jika kata-kata digunakan berbeda antar bahasa atau kelompok budaya mendengarkan aktif dapat mengabaikan kesalahpahamanPara perantara yang terbiasa dengan kultur keduanya dapat menolong situasi komunikasi antar budaya. Mereka dapat menterjemahkan kedua unsur dan cara dari apa yang dikatakan. Sebagai contoh, mereka dapat berbicara lebih pelan pada statemen kuat yang akan dipertimbangkan sesuai kultur yang satu tetapi tidak pada kultur yang lain, sebelum mereka diberikan kepada orang-orang dari kultur yang tidak berbicara bersama-sama dalam suatu cara yang kuat. Mereka dapat juga melakukan penyesuaian pemilihan waktu mengenai apa yang dikatakan dan yang dilaksanakan.

    Namun kadang-kadang para perantara dapat membuat komunikasi menjadi lebih sulit lagi. Jika perantara memiliki kultur atau kebangsaan yang sama dengan salah satu dari pembantah, tetapi yang lain tidak, ini akan memberikan penampilan yang menyimpang, bahkan ketika tidak ada yang ada. Bahkan ketika penyimpangan tidak diharapkan, adalah umum bagi perantara untuk lebih yang mendukung atau lebih memahamkan orang yang dari kulturnya, karena dia memahami orang tersebut dengan lebih baik. Namun ketika penengah dari sepertiga kelompok budaya, potensi untuk kesalah pahaman antar budaya meningkat lebih lanjut. Dalam hal ini sangat sesuai jika mulai bekerja ekstra tentang proses dan cara menyelesaikan diskusi, seperti waktu ekstra untuk menetapkan dan mengkonfirmasi ulang pemahaman pada tiap-tiap langkah dalam dialog atau proses negosiasi.

    Ditulis oleh: SHULHULY ASHFAHANI, S.IK

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar